Padang hijau yang dahulu kosong melompong, kini telah tumbuh dan penuh dengan tanaman. Pada kesempatan berikutnya, Myrella benar – benar terkejut namun juga senang. Pasalnya, suatu hari dia membuka kembali kantong ajaibnya, dan saat ditariknya, dia memperoleh beberapa ekor binatang seperti sapi perah, ayam, kelinci, domba dan lain – lain. Itu semua dia terima hampir tiap hari. Kin ladangnya semakin hiruk pikuk karena kehadiran hewan – hewan tersebut.
Myrella selalu tertawa dan menyambut dengan suka cita atas kejutan berupa hadiah yang diterimanya tiap kali membuka kantong ajaibnya. Bahkan pada kesempatan berikutnya dia terus menerus menerima beraneka ragam pohon siap tanam. Dia menempatkan pepohonan di beberapa sudut ladangnya. Pohon – pohon nan rindang dan selalu menghasilkan buah – buahan segar yang bisa dimakannya ataupun kemudian bahkan menjadi pundi uang dalam kantong ajaibnya.
Dia berdecak kagum saat dilihatnya, kini ladang itu ibarat rumah yang dulu telah dia tinggalkan. Ya, inilah rumah barunya. Dia memilikinya sendiri. Dia kini sudah mempunyai sebuah tenda tempat beristirahat, meja serta bangku piknik yang dia letakkan di salah satu sudut ladang sehingga dia bisa beristirahat dan menyaksikan ladangnya.
Semakin berkembang, kemudian dia pun bisa membangun sebuah gudang dan sebuah pondok kecil. Semakin hari semakin banyak hadiah yang diterimanya. Hewan – hewan ternaknya kini juga sudah mulai rajin menghasilkan. Tiap hari dia bisa sarapan susu sapi dan telur dadar. Dia senang kini tak lagi harus kelaparan dan bahkan sendirian. Hewan peliharaan selalu ramai di pagi hari.
Semakin meluasnya ladang, semakin dia dekat dengan lingkungan sekitarnya. Hingga suatu ketika, dia melihat ada ladang lain di seberang ladangnya.
“Ku kira selama ini aku sendirian di tempat ini”, katanya dalam hati.
Dia pun mampir ke ladang pertama yang dilihatnya itu. Dia berdecak kagum dengan tempat itu. Dia berkenalan dengan pemilik ladang itu. Namanya Kristine. Mereka saling bertukar cerita dan ternyata nasibnya sama dengan dirinya.
”Di ladang ini, kamu bisa membantuku tiap kali berkunjung”, kata Kristine dengan ramah.
Myrella tersenyum. ”Of course, dengan senang hati aku pasti membantu”.
Myrella memang senang membantu. Tiap kali membantunya, dia juga mendapat hadiah beberapa koin yang otomatis bertambah di kantong ajaibnya. Dia tersenyum, ”Senangnya”.
Pada kesempatan berikutnya, dia kemudian berkunjung ke ladang lainnya. Kali ini, nama pemiliknya adalah Francesca. Mereka berteman cukup baik sama halnya dengan Kristine. Semakin lama dan semakin jauh melangkah, dia tiba di ladang milik Naniek, Amie, Gunk, Teika, Wendy dan Sheryl. Keduanya sama – sama baik dan ramah. Mereka sering juga membantu menjaga dan merawat ladangnya.
”Hey, rupanya kamu sudah terima pohon plum dariku?”, ujar Kristine suatu hari ketika dia mampir ke ladangnya. Dia melihat hamparan pohon berwarna ungu di salah satu sudut ladang Myrella.
Oh, jadi ini kiriman dari Kristine, pikirnya dalam hati. ”Terima kasih ya”.
Rupanya teman – teman yang lain mendengar dan turut mengirimkan hadiah hampir tiap pagi.
Karena tidak mau kalah, Myrella juga turut mengirimkan hadiah sebagai tanda terima kasih pada teman – teman berladangnya. Semakin banyak hadiah berupa pohon, hewan atau apapun, dia selalu menerimanya. Maka semakin sesak pula tempat untuk menampung semuanya.
”Wah, sepertinya aku perlu perluasan ladang!”, ujarnya gembira.
Pada keesokan harinya, ladangnya sudah bertambah luas dan dia semakin gembira atas kejutan itu. Selain itu, teman – temannya pun semakin bertambah. Kini dia punya tetangga bernama Amie, Gunk, Ayu, Putu, dll. Semakin hari dia juga semakin rajin mengirimkan hadiah untuk teman – temannya dan berbagi kegembiraan berladang.
Myrella merasa perlu untuk menyulap pondoknya menjadi cottage. Siapa tahu, suatu hari nanti akan ada yang sudi menginap dan tinggal bersamanya sehingga bisa berkebun bersama - sama. Dia juga menata dan mendekor ladangnya menjadi semakin cantik dan nyaman.
Suatu pagi, Myrella kedatangan tamu aneh diladangnya. Mereka adalah 2 orang manusia kerdil bertopi tinggi yang tampak sedang menatap ladangnya dari luar pintu gerbang ladang. Mungkin mereka tersesat diperjalanan, pikirnya. Dia menghampirinya dan mengajak mereka masuk ke pondok.
Mula – mula dikiranya, para manusia kerdil itu ingin sekedar makan dan numpang beristirahat. Mereka adalah para Dwarfling yang sedang berkelana dan mencari tempat tinggal karena telah dibuang oleh majikannya.
”Mystique?!”, Myrella kaget. ”Jadi kalian yang bekerja pada kakakku selama ini?”. Myrella sungguh terkejut saat mengetahui bahwa mereka adalah anak buah dari Mystique.
”Ya, kami berdua pernah bekerja pada Mystique. Tetapi karena sebuah kesalahan, dia membuang kami ke tempat ini”, ratap Eitri, salah seorang Dwarfling tersebut.
”Dia membuang kami, karena kami sudah tidak bisa memberikan dan membantu apapun untuknya”, ujar Dimitri, Dwarfling satunya.
”Kami tidak tahu, kalau apel rose yang kami tanam itu, ternyata telah dibalur dengan obat tidur dan diberikannya padamu. Kami benar – benar minta maaf”, kata Eitri dan Dimitri tertunduk lesu.
Myrella diam. Nasib mereka sama seperti dirinya, dibuang begitu saja. Jahat.
”Itu bukan kesalahan kalian. Tapi mungkin kakakku sudah tidak sayang lagi padaku. Makanya aku dibuang ke tempat ini”, ujar Myrella yang hanya bisa tersenyum kelu sambil menahan air matanya.
Kedua Dwarfling itu menatapnya dan memegang tangannya. Myrella tersenyum.
”Hey, aku punya ide. Kenapa kalian tidak tinggal saja bersamaku di ladang ini?”, kata Myrella dengan wajah berseri – seri.
”Apakah kau serius? Kami boleh tinggal disini?”, tanya keduanya.
”Tentu saja. Ladang ini sudah terlalu luas untuk kutinggali sendiri. Pondok ini sangat lebih dari cukup untuk kita bertiga. Sementara pekerjaan di ladang semakin padat untuk kukerjakan sendiri. Tentu aku perlu teman untuk membantu. Bagaimana, apakah kalian mau?”, bujuk Myrella.
Eitri dan Dimitri bertatapan. “Tentu saja kami mau!”, sambut keduanya kompak.
”Yay! Kalau begitu sekarang kita adalah keluarga, OK?”, seru Myrella.
”Terima kasih telah mau menerima kami di sini”, ujar Eitri.
”Kami juga senang bisa membantu, menjaga dan mengerjakan pekerjaan di ladang, karena memang itu pulalah keahlian kami”, timpal Dimitri.
Maka begitulah, Eitri dan Dimitri kini menjadi keluarga baru Myrella. Setiap hari bila Dimitri mengerjakan tanaman di ladang dan menjaganya, maka Eitri menjaga dan memelihara hewan - hewan ternak. Begitu seterusnya. Pekerjaan Myrella pun semakin ringan karena bantuan mereka.
”Kini ladang ini pun semakin ramai. Ada para tetangga yang baik hati, dan sekarang ada Eitri dan Dimitri ada membantuku disini. Senangnya. Terima kasih telah membantuku”, ujar Myrella berseri - seri.
”Cheers!”
Myrella bangun sembari mengangkat ke atas jus buah di mugnya, yang di sambut oleh teman – temannya dan para Dwarfling.
”CHEERS untuk kita semua!”.
No comments:
Post a Comment