Sunday, May 23, 2010

FarmVille Chapter 3 - Winter O Winter, Happy Holiday!


Beberapa minggu kemudian, rupanya musim dingin tengah menyelimuti Farmville. Bahkan hampir semua ladang di Farmville, kini tertutup salju. Dingin begitu menyengat. Namun aktivitas ladang masih tetap berjalan.


”Sebentar lagi Natal”, ujar Eitri.

“Oya?”, tanya Myrella. Dia bahkan agak lupa, karena di negerinya dulu, sama sekali tidak pernah turun salju.

“Tapi kita masih bisa berladang, kan?”, tanya Myrella penasaran.

“Tentu saja. Lihatlah di luar sana, hewan ternak masih bisa bertahan hidup walaupun di musim dingin begini”, sahut Eitri.

“Apakah kamu juga ingin memasang pohon Natal sekarang?”, tanya Dimitri melongok ke luar jendela.

“Oya, aku mendengar salah satu tetangga kita sudah memasang pohon natal di luar, dan telah menerima banyak kado natal, entah kiriman dari siapa”, ujar Eitri.

“Kado Natal?”, ujar Myrella. “Pasti seru!”, pekik Myrella berbinar - binar.

Dia berjalan keluar dan menghampiri meja piknik. ”Apakah disini cocok untuk tempat pohonnya?”, seru Myrella kepada kedua Dwarfling.

”Ya, OK!”, jawab keduanya.

Kemudian, Myrella merogoh ke dalam kantong ajaibnya.

”Voila!”, ujarnya. Sebuah pohon kecil kini sudah berdiri di tengah – tengah halaman pondok.

”WOW!”, seru para Dwarfling.

”Tapi kita perlu kado natal supaya pohon ini bisa tumbuh besar”, kata Dimitri.

”Begitukah?”, ujar Myrella.

Pada keesokkan harinya, Myrella menerima begitu banyak kado natal dari teman – temannya. Ini juga kejutan bagi para Dwarfling. Kado – kado itu dimasukkan ke dalam pohon dan nanti bisa mereka buka jika sudah penuh. Setiap hari, selalu ada kado baru yang dikirim teman – temannya. Myrella senang sekali, begitu pula para Dwarfling.

Namun di saat mereka tengah asyik menghias ladang mereka dengan nuansa Natal, tiba – tiba muncul sekelompok prajurit tinggi yang entah darimana munculnya. Mereka hendak merusak dan menghancurkan ladang milik Myrella.

”Ladangku!”, teriak Myrella berhambur hendak mengusir para prajurit tersebut.

”Ini pasti perbuatan Mystique!”, teriak Dimitri sembari mengambil parang dan berhambur hendak mengusir para prajurit tinggi tersebut.

Namun rupanya disana sudah tampak seorang Dwarfling lain bertopi hijau yang telah lebih dahulu menolong mereka dengan melawan para prajurit tersebut. Dia mengeluarkan magic yang seketika bisa mengubah para prajurit jangkung itu menjadi patung.

”Jangan kemari! Diam kalian disana!”, cegah Dwarfling tua tersebut.

Eitri dan Dimitri berhenti sejenak. Mereka berdua tiba – tiba teringat sesuatu.

“Itu bukankah, Druid, Dwarfling kepercayaan Mystique?”, seru Eitri saat menyadari Dwarfling si ahli sihir tersebut yang tak lain ternyata salah satu kepercayaan Mystique.

Dwarfling itu mengeluarkan ilmu magic yang sama sekali tidak pernah dilihat oleh Myrella sebelumnya. Namun kekuatan magic itu sama sekali tidak mampu mengusir semua prajurit tinggi tersebut karena mereka kalah kuat dan jumlah. Prajurit itu dua kali lebih tinggi dari para Dwarfling dan bahkan lebih tinggi dari Myrella.

Bagaimana mungkin Druid bisa mengalahkan prajurit – prajurit itu seorang diri, pikir Myrella.

Namun Druid tidak menyerah. Rupanya hanya beberapa prajurit jangkung yang bisa diubah menjadi patung. Yang lain lari tunggang langgang.
”Dengan begini mereka setidaknya tidak bisa melakukan apapun”, kata Druid.

”Para prajurit itu tidak bisa melakukan apapun sekarang”, ujar Myrella.

”Kalian bisa melakukan apapun kepada mereka, tapi jangan berbuat keterlaluan”, ujar Druid.

”Apa yang hendak kalian lakukan pada kami?”, tanya salah seorang prajurit itu.

”Harus ada hukuman untuk anak nakal”, ujar Dimitri dan Eitri serentak. Ketiganya memandang Myrella.

Myrella termangu – mangu sambil berpikir. ”Kita perlu penjaga kan? Nah, bagaimana kalau kita letakkan mereka di depan gerbang saja. Bagaimana?”, kata Myrella mengusulkan.

”Mystique lemah terhadap pohon Natal dan cemara, itu sebabnya sebaiknya kalian meletakkan beberapa pondasi sudut ladang dengan pohon Natal”, ujar Druid.

”Hey, mengapa sekarang kau jadi memerintah kami?”, tanya Dimitri.

”Sudah tidak ada waktu lagi, cepat letakkan mereka di depan dan taruh beberapa pohon Natalnya, SEKARANG!”, teriak Druid kepada kedua Dwarfling tersebut.

Keduanya berhambur dan menggotong beberapa pohon Natal dan para prajurit tersebut bergantian.

”Terima kasih atas bantuannya”, kata Myrella tersenyum.

Druid menoleh. ”Jadi, kau adalah adik Mystique?”, tanya Druid.

”Begitulah”, kata Myrella sedih.

”Mystique telah merampas buku sihirku, kemudian membuangku ke tempat ini”, kata Druid.

”Aku juga tidak bisa kembali ke tempat asalku lagi sekarang”, ujar Myrella sedih.

”Seandainya aku bisa mengembalikanmu, pasti akan kulakukan, tetapi aku sudah tidak punya kekuatan seperti dulu”, ujar Druid menatap Myrella.

”Tidak apa – apa”, sahut Myrella. ”Di sini, aku malah lebih senang. Walaupun awalnya kukira aku sendiri tapi ternyata aku bertemu teman – teman baru yang senasib dengan aku”.

”Benarkah?”, tanya Druid tidak percaya. ”Rupanya Mystique membuang semua orang – orang yang tidak diinginkannya lagi. Keterlaluan!”.

Druid menghentakkan kakinya ke salju dan sempat membuat getaran yang mengagetkan Dimitri dan Eitri.

”Kau sendiri, apa yang akan kau lakukan sekarang?”, tanya Myrella.

”Entahlah, mungkin aku akan mencari tempat baru untuk kutinggali”, sahutnya.

”Bagaimana, kalau kau tinggal bersama kami, disini bersama – sama Eitri dan Dimitri juga”.
Dimitri dan Eitri melompat kaget. ”Apa? Dia juga tinggal disini?”.

”Tentu saja, kita adalah keluarga kan?”, Myrella tersenyum sambil menyeret Druid menghampiri Eitri dan Dimitri.

Eitri dan Dimitri terkekeh sambil bersulang dengan gelas bir mereka "Happy Holiday!". 

Semuanya pun tertawa. 

Hari itu, di tengah – tengah hamparan salju, semuanya bergembira ria. Tidak hanya mensyukuri bila mereka telah selamat dari gangguan Mystique, tetapi juga kedatangan anggota baru. Druid menjadi keluarga baru.

***** To be continued to Chapter 4 ***** 


No comments:

Post a Comment

Other Blog

Followers

Search This Blog