Sunday, November 8, 2009

Episode 9: Ada apa sebenarnya?

Tak ada yang mengerti dengan apa yang sebenarnya mereka inginkan. Tak ada yang mengerti apa sebenarnya tujuan mereka. Tak ada yang mengerti ke arah mana hendak mereka lalui.
Semua absurd, semua semu, semua maya, dan hanya meninggalkan sekelumit permasalahan dan pertanyaan yang semakin tidak bisa kami mengerti.
Ada apa sebenarnya dengan semua ini?

Mengapa keadaan menjadi semakin tidak menentu, mengapa semakin lama semakin tidak ada kejelasan, mengapa keadaan menjadi sangat pelik seperti sat ini. Setidaknya ada satu hal yang selalu menjadi pertanyaan kami.
Ada apa dengan semua ini?

Kami tidak pernah membayangkan jika hal ini benar – benar menjadi sebuah rumor di antara kami, rumor yang semakin tidak menyenangkan, rumor yang semakin menyesakkan kami serta membawa kami selalu ingin bertanya.
Ada apa dengan semua ini?

Permainan saling beradu argumentasi, berusaha saling membela diri, berusaha untuk saling memahami satu dengan lainnya, saling membela diri sendiri. Tapi semua itu hanya membawa kami ke arah hal – hal yang semakin tidak bisa dimengerti oleh nalar kami sendiri sebagai orang awam. Namun, ada satu hal yang selalu kami pertanyakan.
Ada apa sebenarnya dengan semua ini?

Makin lama makin di telusuri makin tidak masuk akal. Semakin bodohkan kami, semakin goblokkah kami, semakin konyolnya kah kami?



Kami adalah orang – orang yang tidak punya pilihan, karena kami tidak pernah diperbolehkan untuk memilih. Namun, kami adalah orang – orang yang bisa memilih yang pada akhirnya kami memang harus memilih.

Kami adalah orang – orang yang tidak bisa menentukan apapun karena kami tidak pernah dibiarkan untuk menentukan. Namun, pada akhirnya kamilah yang harus menentukan.

Sebenarnya, kami tidak bodoh, kami tidak goblok, kami tidak konyol, tetapi kami selalu diperlakukan supaya kami terlihat bodoh, terlihat goblok, terlihat konyol.

Tak tahu apa yang hendak kami perbuat berikutnya. Akankah harus seperti ini, akankah tidak bisa tidak seperti ini, apakah tidak ada hal yang bisa menyadarkan kami, bahwa kami berhak untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.

Kemana, dimana, mengapa, bagaimana adalah sekian banyak pertanyaan yang selalu melintas di benak kami. Tetapi tak satu jawaban pun kemudian bisa kami mengerti, tak ada satu pun yang bisa kami pahami.

Selama ini, semua ini hanya merupakan keabsurdan, kemunafikan, kebohongan yang membawa mereka pada keserakahan, kesombongan, kekejaman. Semuanya hanya sandiwara di depan kami, semua hanya skenario yang benar – benar yang mereka ramu dan racik begitu manisnya dan diciptakan untuk membuat kami terlena.

Tetapi hal itu malah membuat kami semakin mengerti dan sadar, bahwa hal ini tidak boleh terjadi lagi. Sudah cukup bagi kami untuk selalu menerima. Sudah cukup bagi kami mengerti mereka. Sudah cukup bagi kami untuk tetap di jalur ini. Kami harus bertindak, jangan pernah terlena pada hal yang serupa begini. Sekarang atau tidak sama sekali. Kami tahu ke arah mana kami melangkah ingin selanjutnya.

... semua, tak akan ada lagi, tidak boleh terjadi lagi dan jangan pernah terjadi lagi ...

Kami adalah kami, mereka adalah mereka, semua tidak bisa diubah, namun semua suatu ketika pasti berubah, memang harus berubah, dan harus berubah ...

Apa yang bisa kami lakukan saat ini hanya diam, tapi kami sebenarnya tidaklah pernah diam.

Kami adalah kami dengan apa yang kami miliki saat ini, entah sampai kapan kami bisa berada di jalur ini. Kami suatu saat memang harus meninggalkan semua ini, menapaki sebuah jalur baru, entah apakah jalur itu akan tetap sama, namun kami yakin kami pasti bisa melaluinya, sama halnya kami bisa melalui hal yang saat ini sedang kami hadapi.

Kami hanyalah kami dengan apa yang kami miliki, kami hanya bisa melakukan sebatas ini, namun kami tidak akan pernah seperti ini untuk selamanya.

Mereka bisa melakukan apapun saat ini, tetapi mereka tidak bisa melakukan hal itu untuk selamanya, karena kami bisa melakukan apa yang tidak bisa mereka lakukan.

Kami hanya mau, kami hanya ingin, kami hanya hendak melakukan apa yang benar – benar seharusnya menjadi milik kami, apa yang menjadi hak kami, apa yang menjadi kemampuan kami.

Mereka adalah mereka, karena itulah mereka, karena mereka bukanlah kami, karena mereka hanyalah mereka, dengan semua yang mereka banggakan.

Mereka tetap ada di jalur mereka, hingga kapanpun, akan tetap di jalur itu. Entah apakah mereka bisa melakukan semua itu selamanya, namun hal itu bukanlah yang kami inginkan, kami tidak mau seperti mereka, kami hanya ingin apa yang kami bisa.

Suatu ketika, kami pun akan berkata, bahwa kami akan ada dijalur yang mereka yakini saat ini, tetapi semuanya akan terjadi dengan kehendak kami sendiri, yang pastinya sama sekali tidak meniru apa yang telah mereka pernah lakukan pada kami.

Suatu ketika, kami akan melakukan hal yang sama sekali bukan yang pernah mereka lakukan, karena kami tahu apa yang kami mau, kami inginkan, dan kami lakukan, dan semua sama sekali tidak seperti mereka.

Kini, kami adalah kami, mereka adalah mereka, akan terus seperti itu, tak akan pernah ada batasnya ...

*** Finish ***

[September 16, 2009]

No comments:

Post a Comment

Other Blog

Followers

Search This Blog