Wednesday, April 28, 2010

FarmVille - Chapter 1: Little Farm on The Prairie



Suatu hari, sehari setelah malam 1 Juni, seorang gadis terbangun di tengah padang hijau yang tidak berpenghuni. Dia menatap sekelilingnya. Tak ada siapa pun. Dia sendiri, hanya seorang diri. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah hamparan padang hijau tak berujung, sepi, hampa, sunyi.

“Aku dimana?”, ujarnya lirih sembari menatap sekelilingnya.

Namanya adalah Myrella. Dia benar – benar bingung, kenapa dia bisa berada di tempat asing tersebut.

Dia berusaha mengingat apa gerangan yang telah menimpanya.

“Apakah ini mimpi?”, katanya seraya mencubit pipinya.

“Aduh!”, dia tidak sedang bermimpi rupanya. Ini kenyataan, dan kenyataan yang benar – benar aneh.

“Mengapa aku bisa ada di sini?”, katanya lirih. Dia menunduk lesu dan sedih.

“Di mana kakak, di mana rumahku, di mana teman – temanku?”.

Dia berusaha mengingat, walaupun kepalanya terasa sedikit sakit. Namun dia terus berusaha mengingat.

Malam itu adalah malam hari ulang tahun dia dan saudara kembarnya, Mystique. Mereka mengundang hampir semua teman dekatnya di kota.

Tatkala dia hendak beranjak keluar kamar untuk segera bertemu teman – temannya, Mystique memanggilnya dari dalam kamarnya.

Myrella masuk ke kamar Mystique dan dilihat saudarinya tersebut berdiri di depan jendela. Mystique berbalik saat saudarinya menghampirinya. Mystique memegang sebuah nampan berisi beberapa buah apel rose di tangannya, sungguh cantik dan ranum, pikirnya terkagum – kagum.

”Myrella, ini apel rose yang ditanam khusus oleh para Dwarfling untukku. Karena ini hari ulang tahun kita, mereka memberikan ini padaku. Sekarang kamu pun boleh mengambilnya untukmu sendiri”, kata Mystique berbinar – binar.

“Benarkah?”, Myrella yang sama sekali tidak menaruh rasa curiga akhirnya mengambil sebuah apel yang dia anggap lucu tersebut.

“Kau boleh mencicipinya. Ini hasil kebun mereka yang konon katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Cobalah”, bujuk Mystique.

Myrella menggigit sedikit apel tersebut. Dia mengunyahnya, terasa manis sekali. Namun, beberapa saat kemudian dia merasa kepalanya pusing dan pandangannya jadi tidak jelas. Tiba – tiba Myrella pun jatuh pingsan. Sementara Mystique masih berdiri disebelahnya dengan pandangan dingin ke arah Myrella.

“Ah, apel itu!”, teriak Myrella setelah dia sadar apa yang terjadi. Ingatannya tertuju pada apel rose yang menawan, yang diterimanya dari Mystique. Mungkinkah apel itu beracun, mungkinkah kakakku tega berbuat demikian, pikir Myrella. Dia pun menjadi sedih.

Rupanya, apel rose itulah yang membuat Myrella kemudian tidak sadarkan diri sehingga akhirnya dia terbangun dan berada di tengah padang hijau seperti saat ini.

”Kakak”, ucapnya lirih. Mengapa kakaknya tega berbuat sehina itu dan membuangnya seperti ini, pikirnya.

Tanpa sadar, air matanya menetes. Dia menangis, tersedu – sedu seorang diri.

Tak beberapa lama pun, tiba – tiba dia menyeka air matanya.. Hingga kemudian ...

“Aku harus keluar dari sini, harus bisa keluar, dan pasti ada sebuah jalan”, ujarnya mantap.

Perlahan dia pun melangkah. Berjalan menyusuri padang hijau itu.

“Hello, ada orang tidak?”, teriaknya.

Dia melangkah ke sana kemari sambil berteriak memanggil – manggil, seandainya ada yang mendengar teriakannya. Berulang – ulang dia berteriak sambil berusaha mencari jalan keluar dari tempat itu, namun tak seorang pun yang mendengarkan teriakannya. Dia sendiri di tengah padang hijau itu. Setelah sekian lama, dan karena lelah, dia pun tertidur.

Pada keesokan harinya, matahari bersinar hangat dan udara terasa sangat sejuk. Sebuah tetesan embun jatuh di pipi Myrella. Dia mengerjap – kerjap seraya menggeliat bangun. Dia memandang sekitarnya. Beberapa sat kemudian, sesuatu yang aneh tiba – tiba nampak di depan matanya.

“Apa itu?”, ujarnya. Dia melihat beberapa petak tanah yang telah selesai digarap, dan tampak beberapa bibit yang telah ditanam, bahkan ada tanaman yang telah tumbuh dan tampaknya sebentar lagi siap panen. “Aneh, siapa yang menanam ini semua?”.

Dia menatap sekeliling, masih tampak lengang. Tak ada siapa pun di sana, kecuali dirinya sendiri. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada sebuah kantong biru aneh yang tergeletak di sebelah tanaman yang tumbuh itu. Dia memungutnya. Dia membuka dan melihat ada apa gerangan di dalamnya. Dia memasukkan tangannya dan menemukan beberapa biji - bijian. “Apa ini?”, pikirnya.

“Apa ini bibit tanaman?”, karena penasaran dia menaburkannya di atas tanah yang telah selesai digarap tersebut.

“Tanaman apa ini gerangan?”. Walaupun agak penasaran dia terus menabur. Namun biji – bijian tersebut sama sekali tidak habis. Kemudian, dia menunggu, tanaman apa yang akan muncul.

“Mungkin ada baiknya aku menyisakan sedikit bibit untuk besok”, ujarnya.

Setelah seharian bekerja, dia pun merasa lapar. Tanaman satu yang sudah siap panen itu, tiba – tiba berbuah. Dia mencicipinya sebuah.

”Mmm, enak”, ujarnya. “Ini tanaman apa ya?”, tapi dia tidak memperdulikannya, dan dia terus makan hingga perutnya pun terasa penuh.
“Ah, habis. Tak apalah besok masih ada bibit ini. Mudah – mudahan bisa ku tanam sisanya”.

Karena hari sudah menjelang sore, Myrella pun lelah dan kembali tertidur.

Saat terbangun pada keesokkan harinya, semua tanaman yang dia tanam kemarin pun sudah siap dipanen. Dia sangat puas dengan hasil panennya, begitu melimpah dan banyak macamnya. Dengan penuh rasa suka cita, dia menggarap petak – petak tanah kosong itu dan sekali lagi menaburkan bibit – bibit dari kantong ajaib tersebut.

Hari ini pun dia benar – benar kelelahan. Saat hari menjelang malam, dia pun tertidur. Pada keesokan pagi hari kemudian kembali dia terbangun. Namun dia sangat terkejut. Dia mendapati kebunnya telah berwarna kuning, kering dan mati.

”Oh tidak!”, ratap Myrella melihat kebunnya. Dia melihat bibit yang dia tanam kini sudah kering kerontang, tak satupun berbuah. Mengapa semuanya jadi kering, pikirnya. Dia melihat ada perbedaan dari bibit yang ditanam kemarin.



”Mmm, jadi begitu rupanya, jika bibit ini kutanam, maka akan cepat tumbuh. Sedangkan yang lain kutanam, ternyata masih belum panen. Hmm, aku mengerti sekarang”.

Mungkin bibit yang ditanamnya berbeda tiap hari, jadi dia benar – benar harus tanggap akan hal itu.

”Ini benar – benar kantong ajaib”, katanya tersenyum memandangi kantong biru itu sekali lagi.

Tanaman pun siap panen lagi keesokkan harinya. Namun anehnya, tiap kali dia menanam, isi kantong bibit yang kemarin telah penuh uang dan kembali berisi bibit lain. Hal itu terjadi berulang – ulang setiap hari. Dan itu pun membawa banyak berkah baginya. Ladangnya semakin luas dan meluas.

Myrella pun benar – benar gembira. Kini ladangnya telah tumbuh dan terus tumbuh, bahkan pundi – pundinya terkumpul sangat banyak.

Untuk sejenak dia pun sedikit melupakan kejadian aneh yang menimpanya, pada malam hari ulang tahunnya.


***** To be continued to FarmVille - Chapter 2 *****

Inspired by a Facebook game "FarmVille". The story was created & written by PU (January 2010)

Pictures was borrowed from "FarmVille"

No comments:

Post a Comment

Other Blog

Followers

Search This Blog